Elegi Adalah : Pengertian, Ciri-Ciri beserta Contohnya
Elegi Adalah: Pengertian, Ciri-Ciri serta Contohnya – Apakah yang di maksud denggan Elegi?, Pada peluang ini Duniabelajar.net hendak mengulasnya serta pastinya mengenai perihal lain yang pula melingkupinya. Ayo kita ikuti bersama pembahasannya pada postingan di bawah ini buat lebih bisa memahaminya.
Elegi adalah sebutan umum dalam kesusastraan yang merujuk pada puisi ataupun lantunan yang memiliki ratapan serta pernyataan kesedihan, khususnya pada insiden kematian. Tetapi tidak cuma kematian, pemakaian tutur“ elegi” dalam puisi ataupun lirik lagu pula bisa tertuju buat melukiskan perasaan kehilangan.
Puisi elegi ialah tipe puisi yang memuat mengenai kesedihan ataupun renungan. Elegi umumnya mengatakan perasaan pilu, efek kerinduan, perpisahan, ataupun apalagi kematian.
Menurut KBBI, elegi adalah puisi ataupun lantunan yang memiliki ratapan serta pernyataan belasungkawa( khususnya pada insiden kematian.) Dari penafsiran ini, bisa jadi kamu telah memiliki cerminan mengenai apa itu elegi.
Subjek yang ditafsirkan dari dalam syair umumnya terdiri dari pengalaman- pengalaman getir yang sempat dirasakan, dapat pula terdiri dari penyesalan ataupun sesuatu yang sempat dicoba dari masa lalu. Tidak hanya itu, Elegi pula bisa dipakai buat mengatakan empati atas acara kemalangan yang dilayani oleh orang lain.
Ciri- Ciri Puisi Elegi
- Selanjutnya ini ciri- ciri ataupun karakteristik puisi elegi antara lain ialah:
- Berisikan sajak ataupun lagu.
- Berisi mengenai kesedihan, tangis, rasa duka cita ataupun keluh kesah sebab sedih atau kangen. Selain itu pula kesedihan akibat kematian ataupun kepergian seorang yang dicintai.
Contoh Puisi Elegi
Selanjutnya sebagian contoh puisi elegi antara lain ialah:
Permintaan karya W.S Rendra
Wahai, rembulan yang pudar
Jenguklah jendela kekasihku!
Ia tidur sendirian,
Hanya berteman hatinya rindu
Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar
Buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Diantara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali.
Kapal, perahu tiada berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat kelam.
Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan.
Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi.
Aku sendiri.
Berjalan Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan terdekap
Hampa
Karya: Chairil Anwar
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut
Tak satu kuasa melepas renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertampik
Ini sepi terus ada. Dan menanti
Rindu
Karya: Abd. Hamid Wahid
Selepas sepi kembali menggenggam,
suara nafiri sengkala rindu mengayun ufuk waktu.
Lengkingnya merobek senyap membacakan bait-bait sejarah cinta kita dimasa-masa lalu.
Di kamar ini ada tanya tak berjawab dan jerit tak terucap..
Mensyaratkan rindu syahdu yang dihempas ombak tanpa pantai.
Kapan dapat menuntun khidmat hayatku,
Jika takdir tak berpihak kepada kehendak bersamamu.
Hanya letih dan jenuh yang bisa setia menemani sementara aku dan diriku bercakap-cakap.
Saat malam beranjak meninggi, Hanya rembulan
syahdu memandang berkaca-kaca.
Saat sinar surya merobek kalender,
Kupelajari cara berdesah panjang mengulum zaman.
Hari-hariku sepi, karena aku kubur seusai pemakaman.
Jiwaku perih tanpa bekas-bekas tergores.
Kepada Embun kepada Awan, Damai ada padamu saat fajar dan hujan.
Kusampaikan salam hormatku…
Semoga ketika kue ulang-tahun teriris lagi kelak,
peran sandiwara ini telah usai.
Karena aku tak hendak mengajukan keluhan, ke mahkamah agung dimana Tuhan bertahta
Dari Jendela
Karya: Agnes Sri Hartini Arswendo
Dari jendela kaca kereta senja kusaksikan
Anakku berlalri menerobos sawah dan kali
Berjalan di atas batang padi
Dengan longdress putih dan sayap bidadari
Hujan turun dan kabut tebal sekali
Itu semua tak menahan penglihatanku lewat kaca
Itu semua tak menahan kemauannya menari
Ia tak menoleh ke arahku
Tapi aku pasti
Ia tampak girang sekali
Bermain-main di tempat tanpa batas
Dari jendela kaca kereta senja kusaksikan
Wajah sendiri
Tergeletak di antara sawah, kali, dan batang padi
Permintaan
Karya: W.S. Rendra
Wahai, rembulan yang pudar
jenguklah jendela kekasihku!
Ia tidur sendirian,
hanya berteman hatinya yang rindu.
Surat Cinta
Karya: Goenawan Mohamad
Bukankah surat cinta ini ditulis
ditulis ke arah siapa saja
Seperti hujan yang jatuh ritmis
menyentuh arah siapa saja
Bukankah surat cinta ini berkisah
berkisah melintas lembar bumi yang fana
Seperti misalnya gurun yang lelah
dilepas embun dan cahaya.